Kalah Itu Biasa, Tapi Kali Ini Rasanya Beda
Umat Islam di Indonesia baru saja mengalami kekalahan dalam pemilihan pemimpin di berbagai tingkat. Hal ini tentu menimbulkan rasa kecewa, sedih, dan marah bagi sebagian besar umat Islam yang mendukung calon-calon pemimpin yang dianggap mewakili aspirasi dan kepentingan Islam.
Namun, sebelum kita terjebak dalam emosi negatif, ada baiknya kita merenungkan kembali apa yang terjadi dan mengambil pelajaran dari kekalahan ini.
Kekalahan yang Sama
Kekalahan yang kita alami sekarang bukanlah hal yang baru. Sejak reformasi, umat Islam sudah beberapa kali mengalami kekalahan dalam pemilihan pemimpin, baik di tingkat nasional maupun daerah. Kita masih ingat pada pemilihan yang lalu, umat Islam gagal memenangkan pemilihan pemimpin, meskipun ada calon yang didukung oleh partai-partai Islam dan ulama-ulama ternama.
Saat ini pun sama, umat Islam kalah dalam pemilihan pemimpin, meskipun ada calon yang dianggap sebagai simbol perjuangan dan perubahan. Ini adalah kekalahan yang seperti dejavu, kembali ke pemilihan yang lalu.
Hal ini menunjukkan bahwa kekalahan yang kita alami sekarang bukanlah kekalahan yang sementara, melainkan kekalahan yang sistemik. Artinya, kekalahan ini bukan disebabkan oleh faktor-faktor kecil, seperti kurangnya strategi, dana, atau relasi.
Melainkan, kekalahan oleh faktor-faktor besar, seperti struktur, ideologi, dan budaya. Kekalahan ini juga bukan disebabkan oleh lawan-lawan kita yang kuat, melainkan oleh kelemahan-kelemahan kita sendiri yang tidak mampu melihat dengan jeli, siapa lawan kita sebenarnya.
Melawan Sistem
Umat Islam harus menyadari bahwa kita tidak sedang melawan orang atau kelompok tertentu, melainkan melawan sistem yang tidak bersahabat dengan Islam. Sistem ini adalah sistem yang didominasi oleh nilai-nilai sekuler, liberal, dan kapitalis, yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Sistem ini juga adalah sistem yang menguntungkan segelintir orang atau kelompok, yang bersekongkol untuk mempertahankan kekuasaan dan kekayaan mereka. Sistem ini juga adalah sistem yang menindas mayoritas rakyat, yang menderita akibat ketidakadilan dan kemiskinan.
Sistem ini tidak akan membiarkan Islam untuk berkuasa, karena Islam adalah ancaman bagi kepentingan dan eksistensi mereka. Sistem ini akan melakukan segala cara untuk menjegal kemenangan Islam, baik dengan cara halus maupun kasar.
Sistem ini akan memanfaatkan media, birokrasi, hukum, dan aparat untuk mempropagandakan, membelokkan, memfitnah, dan menekan umat Islam. Sistem ini juga akan memecah belah, menyesatkan, menakut-nakuti, dan menyuap umat Islam agar tidak bersatu dan tidak berjuang.
Harapan Itu Masih Ada
Umat Islam tidak bisa berharap menang jika masih berada dalam sistem ini. Karena sistem ini sudah terlanjur rusak dan korup, tidak mungkin untuk direformasi atau diperbaiki. Karena sistem ini sudah terlanjur bermusuhan dengan Islam, tidak mungkin untuk dibuat bersahabat atau berdamai. Karena sistem ini sudah terlanjur kuat dan kokoh, tidak mungkin untuk dihancurkan dari dalam.
Umat Islam harus menyadari bahwa satu-satunya jalan untuk menang adalah dengan keluar dari sistem ini. Umat Islam harus membangun sistem baru yang sesuai dengan Islam, yang berdasarkan pada nilai-nilai tauhid, syariah, dan khilafah.
Umat Islam harus membangun sistem baru yang adil dan sejahtera, yang mengayomi seluruh rakyat, tanpa membedakan agama, suku, atau golongan. Umat Islam harus membangun sistem baru yang kuat dan kokoh, yang mampu menghadapi segala tantangan dan ancaman, baik dari dalam maupun dari luar.
-SA-